Kata Pengantar
Tenaga nuklir dianggap menyeramkan,
sesuatu yang membahayakan, Di karenakan masyarakat pertama kali mengenal tenaga
nuklir dalam bentuk bom atom yang di jatuhkan di Hirosima dan Nagasaki dalam
Perang Dunia II tahun 1945. Akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga
pengaruhnya masih di rasakan sampai sekarang. Maka dari itu masyarakat pada
umumnya masih tidak menginginkan pembangunan PLTN di indonesia sendiri.
Dalam penulisan makalah ini sendiri Penulis mengalami
beberapa rintangan yang menghalangi lancarnya penyelesaian makalah ini
diantaranya yaitu sangat terbatasnya
media yang menyediakan data dan sumber yang dibutuhkan, dan masalah teknis
lainnya.
Penulis memanjatkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugrahnya-Nya lah Penulis
dapat merampungkan makalah ini. Tak lupa Penulis juga turut berterimakasih
kepada narasumber-narasumber yang telah menyediakan data dan informasi yang
makalah ini butuhkan, serta dukungan dari orang-orang sekitar. Apabila ada
kesalahan dan kekurangan dari makalah ini mohon koreksi dan saran untuk Penulis
kedepannya. Semoga makalah ini boleh bermanfaat dan menambah pengetahuan
pembaca tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Depok, 5 Januari 2015
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat
pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga
pengaruhnya masih di rasakan sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang
dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga
nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya
zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang antara lain
bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi
dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan
aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir
dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkansecara
besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana
tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah,
aman dan tidak mencemari lingkungan.
Pemanfaatan
tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun
1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN
air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya
5Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor
(GCR +Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh
dunia baik dinegara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan
sebanyak 443 unit PLTNyang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 %
dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai
351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap
kontruksi di 18 negara.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara kerja PLTN ?
2.
Apa saja perbedaan PLTN dengan PLK ?
3.
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap PLTN di
indonesia ?
4.
Apa saja kelebihan dan kekurangan PLTN ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap PLTN
di indonesia, Perbedaan antara PLK dengan PLTN, Cara kerja dari sebuah PLTN,
dan Kelebihan dan kekurangan dari PLTN itu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi PLTN
Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana
panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit
listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja
dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor
dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan
per unit pembangkit berkisar dari 40MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang
dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe. Hingga tahun 2005
terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441diantaranya beroperasi di 31
negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai17% daya listrik
dunia.
2.2 Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN
Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu
ketel melalui pembakaran bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uang yang
dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap.
Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga
akan dihasilkan tenaga listrik.
Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak dan g as
mempunyai potensi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah
transportasi bahanbakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak
lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO2 (karbon
dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang
mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan
bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan
global.
Gb.1 Perbedaan PLK dengan PLTN
PLTN berperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas
yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan
fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium)
dalam suatu reaktor nuklir. tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan
uap di dalam sistem pembangkit uap ( Steam Generator) dan selanjutnya sama
seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin- generator sebagai
pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang
disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi.
Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu
yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel
yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan
pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan
dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat.
Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum
dilakukan penyimpanan secara lestari.
2.3 Cara Kerja PLTN
Proses kerja PLTN hampir
sama dengan proses kerja pembangkit listrik lain seperti PLTU. Yang
membedakannya hanya sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan sumber panas
dari reaksi nuklir, sedangkan PLTU mendapatkan sumber panas dari pembakaran
bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi.
Gb.2 Reaksi fisi
Reaksi nuklir ini
terjadi di dalam reaktor nuklir. Reaktor dirancang untuk memproduksi energi
listrik melalui PLTN, dan hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari
reaksi fisi. Sedangkan kelebihan neutron dalam teras reaktor akan
dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, reaktor tersebut dirancang berdaya termal tinggi dari orde ratusan
hingga ribuan MW. Terdapat dua jenis reaktor fisi nuklir, antara lain :
1. thermal
reactor powerplant;
2. fast-breeder-reactor
powerplan.
Pada reaktor termal untuk pembangkit
komersial terdapat empat jenis reaktor, antara lain :
1.
Pressurized-water-reactor (PWR);
2.
Boiling Water Reactor (BWR);
3.
Gas Cooled Reactor (GCR);
4.
Pressurized Heavy Water Reactor (PHWR).
Berikut ini adalah beberapa contoh skema proses
reaktor termal untuk PWR dan BWR :
Gb.3 Pressurized-water-reactor (PWR)
Gb.4 Boiling Water Reactor (BWR)
Secara singkat, proses
pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN
adalah sebagai berikut :
a.
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga
melepaskan energi dalam bentuk panas yang sangat besar
b.
Panas dari hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan
untuk menguapkan air pendingin, dapat berupa pendingin primer maupun sekunder,
bergantung pada tipe reakor nuklir yang digunakan.
c.
Uap air yang dihasilkan ini dipakai untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan energi kinetik
d.
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai
untuk memutar generator sehingga menghasilkan arus listrik.
2.4 Pandangan Masyarakat terhadap Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia
Seiring dengan rencana
pemerintah mendirikan PLTN di Indonesia, timbul pro dan kontra dalam masyarakat
mengenai hal ini. Sebagian yang kontra meninjau dari sisi sosio-kultural,
politik, ekonomi, dan lingkungan dengan sedikit porsi tinjauan teknis,
sedangkan pihak yang pro melihat dari sisi teknis dan implementasi
pembangunannya semata dan dianggap kurang mengakomodasi
pertimbangan-pertimbangan sosial, kultural, ekonomi, dan politik. Oleh karena
itu, ada kesenjangan informasi yang perlu dipertemukan antara yang dilantukan
oleh pihak yang pro maupun dan yang kontra. Sedikitnya porsi teknis yang
dilantunkan pihak kontra sangat wajar karena latar belakang pengetahuan mereka
tentang PLTN masih minim. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi pihak pro
untuk menyajikan secara benar dan objektif dari sisi sosio-kultural, politik,
ekonomi, dan lingkungan dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat
mengimbangi lantunan teknisnya.
Secara garis besar,
masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok, yaitu masyarakat awam, bagi mereka nuklir menimbulkan rasa takut
karena kurang paham terhadap sifat-sifat nuklir tersebut. Yang termasuk
kelompok ini antara lain : budayawan, politikus, tokoh keagamaan dan beberapa
anggota musyawarah umum lainnya. Kedua adalah masyarakat yang sedikit pahamnya
tentang nuklir. Mereka menyangsikan kemampuan orang Indonesia dalam
mengoperasikan PLTN dengan aman, termasuk pengambilan limbah radioaktif yang
timbul dari pengoperasian PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa
LSM dan kalangan akademis. Ketiga adalah kelompok masyarakat yang cukup paham
tentang nuklir tetapi mereka menolak kehadiran PLTN karena mereka melihat PLTN
dari kacamata berbeda sehingga keluar argument-argumen yang berbeda pula. Termasuk
dalam kelompok ini adalah beberapa pejabat dan mantan pejabat pemerintah yang
pernah berhubungan dengan masalah keenergian, kelistrikan, dan penukliran.
2.5 Jenis-jenis PLTN
PLTN
dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang
menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor
yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa
depan diharapkan menpunyai sistem keamanan pasif.
2.5.1 Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan
panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissiluranium dan plutonium.
Selanjutnya reaktor daya fisi dikelompokkan
lagi menjadi:
·
Reaktor thermal menggunakan moderator
neutron untuk melambatkan atau me- moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya.
Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau
dalamkeadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau di lambatkan (dibua thermal) olehmoderator sehingga
dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitandengan jenis
bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron lambat
ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fissi.
·
Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan
moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang
berbeda denganreaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak
perlu dilambatkan gunamenjamin reaksi fissi tetap berlangsung. Boleh dikatakan,
bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan
neutron cepat dalamproses reaksi fissi
masing-masing.
·
Reaktor sub kritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan
reaksiberantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya
berupa konsepteori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun
untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan
dan beberapa ujikelayakan sudah dilaksanakan.
2.5.2 Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan listrik. Hal ini masih menjadi bidang
penelitian aktif dengan skala besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Zmachine
2.6 Keselamatan Nuklir
Berbagai
usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat,
para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin agar
radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik
selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan
untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika
diinginkan dan dapat tetap di pertahakan dalam
keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini panas
peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat
menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor. Keselamatan terpasang
dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron
yang tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan
akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang
dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras reaktor tidak
akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
2.6.1 Penghalang Ganda
PLTN mempunyai sistem pengaman yang
ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat
yang ditimbulkannya sangat kecil. Sebagaicontoh, zat radioaktif yang dihasilkan
selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99%) akan tetap
tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagaipenghalang
pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, kelongsongan bahanbakar
akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat
radioaktif tersebut keluar kelongsongan. Dalam hal zat radioaktif masih
dapat keluar dari dalam kelongsongan, masih ada penghalang ketiga yaitu sistem
pendingin.
Lepas dari sistempen dingin, masih ada penghalang keempat berupa
bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal ± 20 cm. Penghalang kelima adalah
perisai beton dengan tebal 1,5-2 m. Bila zat radioaktif itumasih ada
yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu
sistempengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal ± 7 cm dan beton setebal
1,5-2 m yang kedapudara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat
radioaktif benar-benar tersimpandalam reaktor dan tidak dilepaskan ke
lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yangterlepas jumlahnya sudah
sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadap lingkungan tidak berarti.
Gb.5 Sistem
Keselamatan Reaktor dengan Penghalang Ganda
2.6.2 Pertahanan Berlapis
Disain keselamatan suatu
PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis ( defence indepth). Pertahanan
berlapis ini meliputi : lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang,dibangun
dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi
danteknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan
sistempengaman/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi
akibat-aibat darikecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN dan
lapis keselamatan ketiga,PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan,
yang dapat diperkirakan dapat terjadipada suatu PLTN. Namun demikian kecelakaan
tersebut kemungkinan terjadinya sedemikiansehingga tidak akan pernah terjadi
selama umu uperasi PLTN.
2.7 Keuntungan dan
Kerugian PLTN
Keuntungan
PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah :
- Tidak
menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah
kacahanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya
sedikitmenghasilkan gas).
- Tidak
mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury,
nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia.
- Sedikit
menghasilkan limbah padat (selama operasi normal).
- Biaya bahan
bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.
- Ketersedian
bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.
Berikut ini beberapa hal
yang menjadi kekurangan PLTN :
- Risiko
kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan
Chernobyl(yang tidak mempunyai containment building).
- Limbah
nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan
hinggaribuan tahun.
2.8 Limbah Radioaktif
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat
radioaktif terhadap linkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai
yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondesnsor sama sekali tidak
mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang
bersirkulasi di dalam reaktor.
Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap
terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi
dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong
aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak
menimbulkan dampak terhadap lingkungan Pada PLTN sebagian besar limbah yang
dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 – 80%). Sedangkan limbah
aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas,
sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas
tinggi ini jumlahnya sangat sedikit.
Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun
aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu :
1.
Memperkecil
volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
2.
Mengolah
menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkandalam
transportasi dan penyimpanan.
3.
menyimpan
limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk
memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan
gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting,
misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat.
Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya
melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan
limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan
dan dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangn limbah padat yang
tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan
dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif.
Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara
sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum
disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari dipilih di
tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak
bermanfaat.
Gb.6 Cara Penyimpanan Limbah
2.9 Kebutuhan PLTN di Indonesia
Pada saat ini, kebutuhan
energi di Indonesia semakin meningkat namun cadangan sumber energi utama yang
tak terbarukan seperti minyak bumi, gas, dan batu bara semakin lama semakin
menipis. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengembangkan sumber daya
energi alternatif seperti contohnya : bio massa, bio-etanol, biogas,
serta sumber daya alam lain yang masih bisa dimanfaatkan untuk menggantikan fossil
fuel seperti : panas bumi, air, angin, dan panas matahari.
Namun, masih ada satu
energi alternatif lagi yang masih dalam pengembangan di Indonesia, yaitu energi
nuklir. Pemanfaatan energi nuklir dapat meminimalkan ketergantungan negara dari
energi fosil. Selain itu, pemanfaatan energi nuklir juga dapat mengurangi
masalah pemanasan global yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini.
Pada bidang kelistrikan, energi nuklir dapat dipakai pada sistem pembangkitan
listrik tenaga nuklir (PLTN).
Dalam sudut pandang kebutuhan
energi listrik di masa sekarang dan akan datang, sebagian besar masyarakat
sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan produksi energinya yang sering gagal
diantisipasi. Selain sebagai sumber penerangan, listrik mempunyai peranan lain,
yaitu sebagai pendorong kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu,
ada suatu hubungan antara konsumsi listrik dengan keadaan perekonomian suatu
masyarakat. Dari beberapa sumber energi yang ada perlu ditentukan juga beberapa
alternatif pilihan yang sudah sering ditawarkan oleh pemerintah dan banyak
dibahas, dikaji, dikomentari oleh para pakar energi, pakar listrik, maupun
masyarakat umum, dan PLTN merupakan salah satu alternatif untuk mengantisipasi
kebutuhan listrik Indonesia yang terus meningkat tersebut.
Sedangkan kawasan
kawasan Timur Tengah, sebagai kawasan negara sumber penghasil minyak saat ini
kecenderungan untuk memanfaatkan PLTN sebagai opsi pemasok penaga listriknya.
Seperti Uni Arab Emirat langsung merencanakan pembangunan PLTN empat unit dari
sepuluh yang diusulkan. Sedangkan di Eropa khususnya negara Prancis, seluruh
kebutuhan listrik negaranya di suplai dari PLTN.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan mengenai Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir :
- Pada proses
kerja dari PLTN hampir sama dengan proses kerja dari Pembangkit Listrik Konvensional, hanya saja yang
membedakannya adalah sumber panas yangdigunakan. Pada PLTN
mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir.
- PLTN
dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan, yaitu reaktor fisi
dan reaktor fusi.
- Reaktor daya
fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop
fissiluranium dan plutonium. Reaktor daya fisi dibagi menjadi : reaktor
thermal, reaktor cepat dan reaktor subkritis.
- Reaktor daya
fusi menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar denganhanya
sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan
yanglebih baik.
- Beberapa
usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatanmasyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN
diantaranya dengan penghalang ganda dan pertahanan berlapis.
- PLTN
memiliki keuntungan dan kerugian dalam pelaksanaannya, diantara beberapa keuntungan
salah satunya adalah Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selamaoperasi
normal) gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat
dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas. Dan salah satu kerugiannya
adalah Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah
kecelakaan Chernobyl(yang tidak mempunyai containment building).
3.2
Saran
Pemerintah harus
mensosialisasikan PLTN tentang kelebihan dan sistem pengamanan dari PLTN
tersebut. Agar masyarakat merasa aman dan nyaman jika PLTN akan di bangun di
indonesia.
Daftar
Pustaka
Hardianto, Toto. Kuliah Pembangkitan : Opsi
Nuklir Dalam Kebijakan Energi Nasional. ITB : 2009.
Hardianto, Toto. Kuliah Pembangkitan :
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Kelompok Keahlian Konversi Energi, ITB : 2009
www.batan.go.id
NN. Pemanfaatan PLTN sebagai Pembangkit Listrik
Indonesia.
(Sumber: Andang
Nugroho dan Hindro Mujianto - Permias)
Ir. Nanan Tribuana, Subdirektorat Pengawasan Lingkungan Ketenagalistrikan Ditjen LPE
Ir. Nanan Tribuana, Subdirektorat Pengawasan Lingkungan Ketenagalistrikan Ditjen LPE
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar