MANUSIA DALAM PRESPEKTIF ISLAM
Oleh : Saddam Abdurrahman TL 4D
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi
atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan
sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Dalam
Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’).
Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurut Islam manusia itu terdiri
dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia sempurna, yaitu terdiri dari
Jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga telah dikaruniai fitrah. Kita
hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri ada persamaan-persamaan yang
dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang, dan lainnya, itulah
menurut kami yang disebut fitrah.
Manusia
merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa
yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang
berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.
A. Jasmani
Sungguh
beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. kaki, tangan, lidah,
mata, hidung, telinga, perut dan faraj adalah pemberian Allah yang harus kita
syukuri dengan mempergunakannya untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Dengan jasmani kita bisa merasakan kenikmatan hidup di dunia ini.
B. Rohani
Yaitu
unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani menjadi manusia
yang hidup. Dalam buku yang ditulis Barmawie Umary, rohani terdiri dari:
1. Akal
= dengannya manusia yang lemah bisa mengendalikan kehidupannya di dunia. Berkat
akal pula kehidupan manusia bisa jadi lebih mudah. Apa yang ada dihadapan anda
sekarang ini adalah bukti kemampuan yang dikaruniakan Allah hanya kepada
manusia, yaitu akal. Dengan Akal pulalah perbedaan antara hewan dan manusia
sangat mencolok.
2. Nafsu
= adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk berkehendak atau
berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada kemajuan dalam hidup manusia.
Akan tetapi seringkali nafsu mengalahkan hati dan akal sehingga yang terjadi
adalah kerusakan .
3. Qolbu (hati)
= Dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila hati selalu dibina
secara baik sesuai Syari'at maka manusia akan berakhak mulia. Akan tetapi
seringkali kekuasaan hati tertutupi oleh kekuasaan nafsu, apalagi dengan
ditambah bisikan-bisikan syetan, sehingga yang muncul bukanlah cahaya Ilahi
akan tetapi bisikan syetan. Oleh karenanya hati harus selalu disirami tuntunan
Islam dengan selalu berzdikir kepada Allah. Dalam menjaga hatinya seorang
muslim harus selalu waspada terhadap terjangkit nya penyakit hati. Penyakit
hati sungguh berbahaya bagi kehidupannya.
4. Roh
= Seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang ada dalam
jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu bukanlah urusan
manusia,
Proses
penciptaan manusia dijelaskan Allah SWT dalam beberapa firman-Nya melalui
berbagai fase atau tahapan. Salah satunya pada QS. Al-Mu’minun : 14 :
“Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.”(QS.al-mu’minun : 14 ).
Fase-fase Proses
penciptaan manusia
Adapun fase-fase proses
penciptaan manusia diantaranya sebagai berikut :
A. Sulalah min thin
(saripati tanah).
Saripati tanah yang dimaksud – sebagaimana
pendapat Thahir Ibn ‘Asyur – adalah zat yang diproduksi oleh alat pencernaan
yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber
dari tanah, yang selanjutnya menjadi darah, kemudian berproses hingga akhirnya
menjadi sperma ketika terjadi hubungan sex.
B. Nuthfah
(air mani).
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam
bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Penggunaan kata ini sejalan
dengan penemuan ilmiah yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur
dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia,
tetapi yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu. Itulah yang
dimaksud dengan nuthfah.
C. Alaqah
(segumpal darah).
Segumpal darah adalah salah satu arti
kata ‘alaqah dari dua arti lainnya yaitu ‘sesuatu yang melayang’ dan
‘lintah’. Seorang ilmuwan terkenal dalam
bidang anatomi dan embriologi Prof. Keith Moore menyatakan bahwa ‘alaqah
sebagai ‘sesuatu yang melayang’ sesuai dengan apa yang bisa dilihat pada
pengikatan embrio - selama fase ini - pada rahim ibu. Dan ‘alaqah diartikan
‘segumpal darah’ atau ‘gumpalan darah yang membeku’ karena embrio selama fase
ini berkembang melalui saat-saat internal yang diketahui seperti pembentukan
darah di pembuluh tertutup sampai dengan putaran metabolis lengkap melalui
plasenta (ari-ari). Selama fase ini darah
ditangkap di dalam pembuluh tertutup sehingga embrio memperoleh
penampakan sebagai gumpalan darah beku. Sedang ‘alaqah diartikan ‘lintah’ oleh
karena embrio selama fase ‘alaqah memperoleh penampakan yang sangat mirip
dengan lintah. Prof. Keith Moore menguji dengan membandingkan lintah air yang
masih segar dengan embrio pada fase ini dan beliau menemukan kesamaan diantara
keduanya.
D. Mudghah
(segumpal daging).
Mudhghah berasal dari kata madhagha
yang berarti mengunyah. Pada fase ini embrio disebut mudhghah karena bentuknya
masih dalam kadar yang kecil seukuran dengan sesuatu yang dikunyah.
E. Idzam
(tulang atau kerangka).
Pada fase ini embrio mengalami
perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga
berbalut kerangka atau tulang.
F. Kisa al-‘idzam
bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau otot).
Pengungkapan fase ini dengan kisa
yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan pakaian yang membungkus
tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa
sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi
adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang.
G. Insya (mewujudkan makhluk lain).
Fase ini mengisyaratkan bahwa ada
sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dengan
makhluk-makhluk lain. Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia
memiliki potensi yang sangat besar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga
mencapai kesempurnaan makhluk.
Hakekat Manusia
Menurut
bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf
orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata
diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar